Maktub!

Siapa wanita yang banyak maunya? Saya
Siapa wanita yang punya segudang plan? Saya
Siapa wanita yang paling malas marah? Saya
Siapa wanita di atas? Saya, hehehe...

Hehehehe... Ya, marah itu adalah hal terakhir yang ingin saya lakukan di bumi ini. Marah terhadap orang, apalagi marah terhadap keadaan. Mungkin yang cucok untuk menggambarkan hal ini adalah suffering in silence. Yup, bukankah lebih baik kita diam daripada kita berkata yang tidak baik? hehehe... Even though I feel that way, I always believe that Allah wants me to see something. So, I decided to stay calm, and see what He wants me to see (of course, contemplate). And now I get it. And praise to Allah. I love you.

He wants me to live in the present from now. He knows that since I graduated from Uni I try to make myself ready for the challenges, and yes... I am ready! BUT..He wants to see my patience first, like how I react about everything happened after I graduate from my University. :)

Saya tidak pernah perduli dengan orang-orang yang mengunderestimate, bahkan pesimis dengan saya. Mungkin karena yang mereka lihat saya terlalu santai dan go with the flow. Hmm, haruskah saya ekspresif menanggapi hal ini? tidak. Saya cukup terus berpositif thinking dan sabar, hari itu akan datang.

Allah tahu saya hanya ingin menjadi seseorang yang dapat membantu orang lain dengan nyata, dengan saya yang turun langsung ke dalamnya, ke dalam prosesnya. Dan Allah tahu tujuan saya di dunia ini. Create a better life, either for me and others.

All I want to say, sampai hari ini, 29 November 2012, semua hal yang saya lalui sebelum hari ini, adalah Maktub! it is written. Semua sudah diatur oleh Allah. Dan bagi saya yang hanya manusia, saya hanya bisa menginterpretasikan semua itu sebagai jawaban, arahan, atau mungkin suatu kebetulan yang beruntung.

Jika tujuan kita memang sama terhadap perbaikan dunia ini, tidak mungkin kita sikut-sikutan :) Kita semua lahir dengan pengetahuan yang 0, belajar di setiap harinya, setiap tahunnya sampai kita tumbuh seperti ini. Dan sudah memang seharusnya kita melakukan dua hal terhadap sesama; help and respect!

So, apapun nanti alurnya yang terjadi dalam plan hidup saya (idealnya–lulus-kerja-s2-nikah-punya anak dst dst) terjadi sesuai dengan urutan yang diinginkan, atau ternyata acakadut, I am ready. Allah akan selalu memberikan apa yang hambanya butuhkan daripada yang diinginkan, karena Allag yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kita :)

Toh, nanti ketika merenung, jawaban hati kita akan sama dengan rencana Tuhan. Betul nggak sih?

Rest In Peace, Mr. Monday


"Si Bapak pingin pulang ke Palembang karena pas lebaran haji ngga pulang. Senin kemarin, 5 November 2012, Bapak jatuh sakit, Bapak memang ada penyakit ginjal. Hari Jumat, 9 November 2012, Bapak pulang ke Palembang naik kapal. Di tengah perjalanan.. Bapak meninggal." 
** 
Raya adalah seorang mahasiswi yang sangat akrab dengan si Bapak. Suatu hari anak tersebut bertanya, "Bapak lagi kepingin apa?", kemudian dijawab, "Tas". Tas yang Bapak pakai untuk bekerja sehari-hari sebagai tukang koran memang sudah tidak layak pakai, sudah bolong-bolong, diperbaiki (dijahit), bolong lagi dan begitu seterusnya. Akhirnya, anak tersebut bertekad membelikan sang Bapak sebuah tas sebagai hadiah, sekaligus perayaan bahwa dia sudah memiliki perkejaan. 
Namun... begitu sampai di rumahnya, berita yang mengagetkan itu datang.. 
–– narasi fakta
Beberapa orang memanggilnya Si Bapak Tukang Koran, atau Kakek Penjual Koran. Bapak memiliki dua anak, sejak 2009 Beliau menjadi single parents karena istrinya meninggal dan dimakamkan di Palembang. Namanya adalah Muhammad Senenperantau dari Kecamatan Lumpuk Linggau, PalembangDia adalah tukang koran di kampus saya, Universitas Padjadjaran, tepatnya di sekitaran kampus Ekonomi Unpad. 

Sebersit hidupnya menghiasi perjalanan hidupku. Suaranya yang menawari koran, "Koran Kompas, Media Indonesia, Kompas?" yang tanpa kenal lelah, selalu semangat dan tersenyum itu selalu mengisi keseharian saya selama menuntut ilmu di sana.

Pernah, sesekali ku memergokinya sedang menikmati nasi bungkus, yang sepertinya terlihat hanya dengan satu lauk entah itu telor atau tahu atau yang lainnya, ia makan dengan penuh nikmat dan sesekali tetap saja menawari barang dagangannya.

Atau, ketika ku hanya menyapa dan memberinya senyum, dia membalas dengan, "Koran? Koran Kompas, Media Indonesia, Kompas?"

tawaran itu selalu terngiang ketika mengingatnya.

Namun, hari ini. Sudahlah selesai tugasnya di dunia ini. Hati ini tersentak mendengar berita duka tersebut. Hati ini merasa kehilangan, bahkan mata pun tak kuat membendung genangan air yang menumpahinya. Memang, aku tidak mengenal dia seperti aku mengenal sahabat-sahabatku, namun dia adalah tokoh kecil yang berperan selama perjalananku di dunia ini.

Baru kuketahui bahwa di umurnya yang senja ini dia tetap memilih bekerja hanya untuk satu tujuan, naik haji. Berjalan dari Surapati sampai Dipatiukur demi tujuan mulia itu melalui berjualan koran. Sosok yang mengajarkan bahwa bagaimana pun keadaan diri kita, jika kita memiliki tujuan, berusahalah selama masih mampu dan tersenyumlah selalu, sebagai tanda bersyukur dan itu membawa kebahagiaan baik untuk diri kita maupun orang lain yang melihatnya. Benar-benar sosok yang sangat menginspirasi.

Benar, itu sangat benar. Aku pun, ketika mengingatnya langsung terbersit senyumannya yang ceria, merubah diriku yang tadinya menangis karena berita tersebut, menjadi tersenyum dan mensyukuri hidup ini. 

Jalanku masih panjang, Pak. Terima kasih telah hadir dalam hidup saya, walaupun dalam porsi yang sangat kecil.
"Seperti kata orang Surabaya aja Dik, bonek (bondo’ nekat). Tapi nggak cuman nekat, tapi juga jujur. Mari kita lihat batang pohon. kalau batang itu lurus, tinggi batang itu. Kalau nggak mau lurus, bengkok, maka pendek batang itu. Jadi, kalau mau tinggi harus lurus. Saya sih cuman bisa bilang, nggak heran kalau Indonesia di bilang negara miskin. Bagaimana nggak miskin kalau manusianya nggak mau usaha? Nggak akan bisa kalau nggak usaha. Malu kalau kita bilang ke orang-orang kalau kita miskin. Tapi jangan lupa, Doa juga penting. Orang yang nggak mau doa itu sombong. Yang penting itu usaha, Doa, dan jujur. Kalau itu dilakukan dengan serius, insyaallah bisa kita bebas dari kemiskinan." –– Muhammad Senen
Selamat jalan, Pak. Selamat bertemu Sang Khaliq, dan berhaji sepuasnya di sana :)

tertanda,
seorang Mahasiswi yang bangga sempat bertemu dirimu

dan sekarang, kegiatan menjual korannya dilanjutkan oleh sang anak, menggunakan hadiah tas baru tersebut. Semoga selalu berada dalam lindungan Allah SWT, aamiin.

3 November 2012 – Big Brother W'day!

Happy wedding my brother, Adam Perdana & Andes. May Allah bless you both..